Selasa, 08 Oktober 2013

TAHUN BARU; REURGENSITAS SEJARAH BAGI KEHIDUPAN



TAHUN BARU; REURGENSITAS SEJARAH BAGI KEHIDUPAN
Muhammad Muntahibun Nafis*

Selamat jalan tahun 2010 yang penuh kenangan, selamat datang tahun baru 2011. Gegap gempita, sorak sorai, pekikan tiupan terompet, dan gemerlap cahaya kembang api telah ikut memeriahkan pergantian tahun masehi. Hampir seluruh manusia di penjuru dunia merayakan pergantian tahun, tak pelak lagi di tanah air bahkan di desa-desa di pelosok wilayah negeri. Kegembiraan menyelimuti setiap jiwa, yang seolah-olah akan kedatangan rejeki yang dapat membuat hati dan diri manusia senang. Seluruh perayaan yang dilakukan merupakan serangkaian luapan kegembiraan yang terkadang keluar dari dimensi esensi tahun baru iu sendiri.
Tahun baru pada dasarnya merupakan moment yang tepat bagi setiap jiwa untuk mau dan mampu berproses menuju yang lebih baik. Setiap manusia pastinya mengalami perkembangan dan “evolusi” diri dan jiwanya menuju peningkatan kualitas maupun kuantitas “kedewasaan”. Evolusi di sini dimaksudkan adanya perubahan yang signifikan dalam diri tiap manusia, baik dari sisi fisiologis dan biologisnya, maupun psikologisnya. Sisi-sisi manusia ini masing-masing akan berproses bersamaan kondisi dan situasi yang menyelimutinya. Kompleksitas dunia dan kehidupan akan ikut serta berpengaruh dalam membentuk makhluk yang bernama manusia. Sebagai contoh riilnya yaitu bahwa fisik manusia tentunya tidak akan terlepas dengan kondisi sosial budaya bahkan situasi musim dan kondisi geografis di mana ia berada. Sifat manusiapun juga bisa dipengaruhi oleh sistem yang berjalan di masyarakat dan alam sekitarnya. Dari sinilah bahwa keseharian perjalanan hidup manusia akan selalu bekaitan erat dengan hari-harinya ia bergaul dengan kehidupan di sekitarnya.
Uforia tahun baru merupakan salah satu fenomena sosial budaya masyarakat yang menarik untuk diamati dan dielaborasi lebih lanjut. Banyak nilai-nilai sosial bahkan religius yang terkandung pada moment tahun baru. Dari segi sosial misalnya bahwa dalam mindset kebanyakan masyarakat sekarang ini telah mengalami “kekaburan” esensi perayaan tahun baru. Masyarakat hanya memandang dan menilai unsur luar dari tahun baru yakni kegembiraan sesaat ketika pada waktu pergantian malam tahun baru tersebut. Detik dan jam bahkan hari ketika tepatnya pergantian itu merupakan moment yang ditunggu-tunggu sebagai sebuah sejarah yang harus dibarengi dengan kegembiraan, senang-senang, perayaan (seperti menip terompet, kembang api dan lain sebagainya) sebagai bukti ungkapan kegembiraan tersbut. Dalam kondisi seperti inilah sebenarnya terjadi “kekaburan” makna dalam paradigma masyarakat tentang tahun baru. Namun demikian, di sisi lain, beberapa bagian masyarakat memetik keuntungan yang tidak sedikit dari adanya malam tahun baru. Banyak uang diperoleh seperti penjualan terompet, kembang api, jagung, dan makanan-makanan lain seperti buah-buahan dan ikan laut yang dihidangkan menyertai pergantian malam tahun baru.
Salah satu esensi penting yang terkandung dalam tahun baru adalah nilai sejarah. Setiap manusia disadari atau tidak telah mengalami proses dan perkembangan dirinya, namun ktika itu juga telah mengalami proses dan perkembangan sejarahnya. Manusia setiap detik, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun telah menggoreskan sejarahnya sendiri. Tiap harinya ia telah membikin dan menuliskan sejarahnya pada lembaran kehidupannya. Langkah, tingkah laku dan bahkan pemikirannya merupakan obyek sejarah yang telah ia lakukan. Ia sendiri telah menjadi subyek sejarah. Dalam berbagai literatur tentang sejarah dinyatakan, bahwa sejarah memiliki dua konsep di antaranya adalah sejarah tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau dan keseluruhan pengalaman manusia. Sedangkan obyek kajian dalam sejarah adalah seluruh pengalaman manusia baik yang difikirkan, dikatakan, dirasakan, dan sialami,maupun fakta tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana sesuatu itu terjadi.
Dari keterangan di atas, dapat dinyatakan bahwa masyarakat sekarang pada umumnya telah melupakan sisi sejarahnya sendiri. Seluruh pengalaman yang selama ini ia goreskan tak pernah lagi ia tengok ulang, bahkan dianalisa lebih lanjut guna proses sejarah di tahun yang akan datang menuju sejarah yang lebih gemilang. Seharusnya setiap insan manakala merasa gembira dengan pergantian tahun, hal itu merupakan bukti kegembiraan bahwa sejarah yang selama ini ia torehkan merupakan sejarah yang membahagiakan bagi kehidupannya kelak. Kegembiraannya tidak hanya berada di dataran luarnya saja (perayaan gemerlap malam tahun baru), namun juga dataran jiwa dan hatinya (ibadah dan amalan-amalan agama). Ketika manusia menyadari akan pentingnya sejarah gemilang yang harus ia bikin sendiri, maka hari-harinya akan selalu diisi dengan pengalaman yang dapat menjadikannya lebih punya arti baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya.
Di antara urgensi sejarah bagi manusia yaitu bahwa sejarah akan dijadikan pelajaran berharga dan suri tauladan, sejarah akan menjadi sarana memahami kehdupan dan kematian, sejarah akan menjadi sarana untuk kelestarin identitas kelompok, dan sejarah akan menjadi pedoman manusia baik untuk masa sekarang dan juga masa yang akan datang.
Semoga seluruh masyarakat mau menyadari pentingnya memahami dan menciptakan, menorehkan sejarahnya sendiri dengan tinta emas, sehingga akan selalu dikenang samapai ahir zaman walaupun dia telah meninggalkan alam dunia ini. Moment tahun baru menjadi sangat penting bagi setiap insan untuk memahami dan menganalisa sejarah yang telah digoreskan pada tahun-tahun sebelumnya. Apakah selama ini ia telah menuju yang labih baik, atau sebaliknya masih banyak hal-hal yang kurang. Tahun baru, semangat baru, sejarah baru, sejarah yang tertuliskan dengan tinta emas menuju peradaban manusia yang lebih baik.
* Penulis adalah pengajar Sejarah Peradaban Islam pada STAIN Tulungagung             

3 komentar:

  1. Salam. saya tunggu tulisan-tulisan pencerahan berikutnya pak!

    BalasHapus
  2. Sekarang tahun 2013 mau 2014 Ustadz.

    BalasHapus
  3. Prof Ngainun Na'im@ iya betul prof, tulisan ini hanya sekedar contoh dan inspirasi sj, td awalnya sy jdkn contoh di kelas, dan isi mmng tdk saya revisi lagi...

    BalasHapus