Rabu, 16 Oktober 2013

1 JAM MENENTUKAN MASA DEPAN SI BUAH HATI



1 JAM MENENTUKAN MASA DEPAN SI BUAH HATI
Muhammad Muntahibun Nafis, M.Ag*


Pendidikan akan berhasil secara optimal manakala dilaksanakan dan dimulai sejak anak masih usia dini, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Lebih jauh lagi perhatian akan pendidikan sudah dimulai sebelum pasangan suami istri melangsungkan pernikahan. Pendidikan dilaksanakan dengan harapan akan terciptanya sosok manusia yang memiliki kepribadian yang baik bahkan unggul. Dan untuk membentuk kepribadian manusia, ada tiga faktor yang fundamental yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua. Pertama, qabla al wiladah (sebelum melahirkan). Di sini nantinya memberikan tuntunan akan urgensi selektifitas kriteria calon suami maupun istri. Anak nantinya akan memiliki kepribadian yang utama tatkala didasari oleh kedua orang tua yang berkepribadian yang baik pula. Pepatah jawa menyebutkan “kacang ora adoh songko lanjarane”, dengan arti anak tidak akan jauh berbeda dari orang tuanya. Ungkapan senada diungkapkan oleh orang Belanda dengan ungkapan “buah apel tidak akan jatuh jauh dari pohonnya”.
Kedua, ma’a al-ghoirihi (bersama orang lain). Seseorang nantinya diharapkan memiliki kepribadian yang baik dengan penyokong utamanya adalah orang lain, yang nantinya bisa berbentuk sekolah, lembaga, organisasi, perkumpulan, maupun paguyuban yang di situ nantinya seseorang bisa mengembangkan dan mengeksplorasi diri dan potensinya bersama orang lain. Dengan bergaul, bersosialisasi, seseorang dimungkinkan akan bisa berkepribadian baik. Ketiga, bi al-nafsihi (dengan dirinya sendiri). Satu hal penting yang mempengaruhi seseorang berakhlak mulia adalah dari dirinya sendiri. Seseorang bisa menggali potensi, mempertajam karakter, maupun mengolah “fitrah”nya dengan usahanya sendiri. Melalui membaca (outodidak), bertadabbur, tafakkur, dan meditasi, seseorang sangat dimungkinkan bisa “menjadi baik”.
Dari ketiga hal tersebut, nantinya akan mempunyai implikasi besar dalam pembentukan dan pengembangan “kurikulum” (dalam arti yang luas) di sekolah, di rumah, bahkan di masyarakat. Bagi sekolah, beberapa wujud nyata yang bisa dilakukan misalnya (poin pertama) hubungan dan jalinan yang baik antara sekolah dengan wali dan orangtua peserta didik, sehingga dapat dibentuk komite dan paguyuban wali peserta didik. Bagi orangtua bisa memberikan saran, masukan, kritikan yang konstruktif kepada sekolah sebagai salah satu kontrol dan balancing proses pembelajaran putra-putrinya. Bagi sekolah bisa menyampaikan banyak hal seperti program dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi kepada orangtua peserta didik, sebagai upaya sosialisasi dan problem solving dalam proses belajar mengajar bersama peserta didik. (poin kedua) Sekolah bisa menciptakan situasi dan lingkungan pendidikan dan pembelajaran yang kondusif bagi proses pendidikan. Sekolah dengan tanpa diskriminasi berusaha menciptakan interaksi antar peserta didik, sehingga tidak disadari akan memberikan pembiasaan-pembiasaan bersosial yang harmonis. Secara otomatis, peserta didik akan mempelajari bagaimana berbagi dengan sesama, menghormati pendapat yang berbeda, toleransi, merasakan kesedihan teman, bersuka ria bersama, memegangi prinsip, tolong-menolong dan banyak hal lain yang itu nantinya akan banyak diperlukan bagi masa depannya.
(poin ketiga) Sekolah akan memberikan sarana prasarana, fasilitas, maupun media dan alat pendidikan yang diperlukan selama proses belajar peserta didik. Misalnya adanya laboratorium mata pelajaran yang memadahi, perpustakaan sekolah yang lengkap dan media/alat parktikum-praktikum lainnya. Selain itu, sekolah juga memberikan waktu yang tersistematis kepada peserta didik untuk bisa memfasilitasi berbagai pengalaman spiritual perserta didiknya.
Dari tiga faktor tersebut, yang perlu diperhatikan oleh tiap orangtua adalah perhatian yang cukup dan optimal bagi putra-putrinya. Betapapun hebat dan baiknya sekolah dalam memberikan pendidikan, namun tidak didukung oleh peran serta dan kontrol keluarga atau orangtua, maka pendidikan anak tidak akan optimal. Pada realitas masyarakat, tidak sedikit orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, anak hanya diserahkan sepenuhnya kepada pembantu maupun pesuruhnya. Jarang anak sewaktu pulang sekolah ditanya, “nak, tadi disekolah belajar apa?, bermain apa?, mengerjakan apa? dan lain sebagainya. Belum lagi manakala anak waktu belajar, orangtua jarang mendampingi dan menemaninya. Ketika anak belajar kemudian menemukan kesulitan, atau timbul pertanyaan, seharusnya ia bertanya kepada seseorang yang di sampingnya, sehingga ia menemukan jawaban yang tepat. Namun manakala anak tidak didampingi, maka pertanyaan-pertanyaan yang segera membutuhkan jawaban tersebut, akan tidak menemukan jawaban yang tepat dan akan terus menumpuk sehingga pengetahuan dan wawasan anak akan tidak maksimal.
Perhatian orangtua kepada anaknya seperti memberikan waktunya walau satu jam saja, akan memberikan sesuatu yang berarti baik sacara mental maupun pemikiran anak. Satu jam akan menentukan masa depan anak. Anak akan lebih merasa dihargai, punya kemampuan, percaya diri dan punya komitmen yang kuat manakala sering didampingi orangtuanya. Karena orangtua akan sering memunculkan kata-kata: “wah nak, kamu pinter, kamu bisa, ayo kerjakan dengan tepat, itu betul, itu tepat”, dan sebagainya walaupun sebenarnya anak belum bisa dan mampu secara benar. Sebaliknya anak akan menjadi minder dan pesimis ketika jarang ada ungkapan yang “gunggung”, memuji, mensupport dirinya. Apabila kondisi tersebut -baik yang didampingi maupun tidak, terus menerus berkelanjutan sampai anak tumbuh dewasa, maka akan mempengaruhi pola hidup dan pola pikir anak ke depannya. Potensi yang dibawa anak (qabla al-wiladah), akan tereksplor dengan baik setelah dia mampu bersosialisasi dan bergaul dengan orang lain (ma’a al-ghairihi), dan dikuatkan dengan pengembangan potensi melalui proses “perenungan, pembacaan” dirinya sendiri (bi al-nasihi). Keluarga adalah basic value bagi anak, untuk kehidupannya kelak.

*Penulis adalah staf pengajar pada STAIN Tulungagung, dan tulisan ini dipresentasikan pada on air di radio LIUR FM Tulungagung pada hari kamis tanggal 06 Januari 2010
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar